ISIS, Anak Muda Indonesia, dan Persatuan

/
0 Comments
Islamic State (IS) atau Jam’ah At Tauhid Wal Jihad adalah sebuah Negara Islam terkonsep yang dicita-citakan oleh gerilyawan di tanah Iraq dan Suriah. Kenapa saya katakan di tanah tersebut? Walaupun pejuang-pejuangnya berasal dari segala penjuru dunia, namun pertarungan mereka bertempat di dua negara ini. Dua negara yang sayangnya saat ini sedang dilanda masalah. Sebelumnya Islamic State disebut dengan ISIL (Islamic State of Iraq and The Levant) lalu menjadi ISIS (Islamic State of Iraq and Syria), well memang lebih memudahkan orang jaman sekarang to recall Syria in their mind instead of the Levant. Levant adalah sebuah daerah di Timur Tengah yang secara geografis disebut Mediterania Timur; daerah di pesisir timur Mediterania. Ada sedikit Mesir di situ, lalu Siprus, Palestina, Yordania, Israel, Libanon, dan tentu saja Suriah.

IS tidaklah sama dengan Al Qaeda. Sementara Al Qaeda mempunyai kamp-kamp training mereka sendiri dan sel tidur, IS mempunyai teritori yang tidak jelas, infrastruktur yang berbeda dan beberapa wilayah kekuasaan lokal. Persamaannya adalah keduanya saat ini sudah dimasukkan dalam grup berkategori teroris oleh Amerika Serikat, juga negara kita Indonesia. Siapakan musuh IS? Atau paling tidak orang yang dianggap musuh oleh IS? Penganut Syiah, saingan mereka di Sunni, dan wanita-wanita yang dirasa tidak bermoral bagi IS.

Bagaimana bisa grup militan ini mendapatkan pamor yang luar biasa ini sekarang? Padahal baru diproklamirkan pada April 2013 lalu. Mereka adalah grup yang cukup narsis, berbeda dengan Al Qaeda yang diam-diam melakukan aksi lalu menyatakan mereka yang bertanggung jawab atas hal tersebut dalam statement verbal via video atau tertulis di website resminya. IS akan menunjukkan pada dunia aksi mereka yang mengorbankan banyak nyawa manusia. Entah apa bagi mereka itu keji atau tidak.



Jangan lupa, semua ini tidaklah luput dari sumber pendanaan yang harus mumpuni. Dan harus kita akui, mereka punya cukup dana untuk mem-back up semua aksi ini. Dalam hitungan kasar penulis yang didapatkan dari beberapa pemberitaan, IS punya dana mencapai Rp 34 Triliyun, belum lagi persenjataan militer yang mereka rebut dari tentara Iraq. Bagaimana mereka bisa mendapatkan dana sebanyak ini? Mereka menerapkan half-mafia style, penerimaan sumbangan internasional dengan kedok kegiatan islami, donor dari orang-orang kaya Teluk dan beberapa penjuru di dunia, hasil penjualan minyak dari ladang minyak di Suriah yang mereka ambil alih pada tahun 2012. Tidak lupa ada barang-barang antik yang mereka jual dari museum yang diambil alih di daerah “jajahan” mereka. Barang antiknya saja sudah ada yang berumur 8000 tahun! Lalu ada brangkas pemerintah yang mereka rebut kuasanya beberapa waktu lalu.

Dalam melakukan aksi-aksinya ini, IS belajar banyak dari Invasi Iraq di 2003. Mereka sangat terperinci dan terrahasiakan. Sungguh mengejutkan mereka dapat melumpuhkan tiga kota di Iraq dalam tiga hari. Dari Terrorism Research and Analysis Consortium dan CNN, dapat disimpulkan bahwa IS mempunyai bentuk pemerintahan yang cukup rapi di dalam badan mereka ini. Dengan Abu Bakr Al Baghdadi sebagai Khalifahnya (Kepalan Komando), sosok ini ditemani dua orang deputi. Satu deputi di Iraq, Abu Muslim Al Turkmani, dan satu deputi di Suriah, Abu Ali Al Anbari. Lalu kedua orang ini membawahi dua belas kegubernuran, antara lain; Dewan Keuangan, Dewan Kepemimpinan, Dewan Militer, Dewan Hukum, Dewan Bantuan Pejuang, Dewan Keamanan, Dewan Inteligen, dan Dewan Media. Di atas ini semua tentu saja ada bagian Penasihat dan Kabinet yang bertugas untuk memberikan masukan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan keagamaan dan militer.

Pancasila Kita




Di dalam Pancasila, Indonesia memiliki suatu dasar sebagai pemersatu segenap rakyat Indonesia. Dalam sejarahnya, Indonesia selalu hidup di dalam alam pemujaan yang mana seluruh harapannya itu ditaruh, pada umumnya. Maka dari itu, tidak hanya dengan satu agama saja, tetapi ada “Ketuhanan Yang Maha Esa” yang menghormati agama-agama yang dipercaya oleh masyarakat Indoensia. Tentu saja agama yang dianut oleh militan IS adalah agama Islam. Tidak pada tempatnya juga kita menghakimi kepercayaan orang lain, namun pada titik-titik fundamental, kita bersama-sama dapat mengatakan bahwa beberapa hal tertentu tidaklah benar. Ada “Persatuan Indonesia” yang harus kita utamakan dalam hal ini, apabila kita akan menghormati satu sama lain dengan agama masing-masing, maka kita harus menghormati juga persatuan kita sebagai bangsa Indonesia yang sampai kapanpun tidak boleh lagi tercerai-berai. Persentase penganut agama Islam di Indonesia ada 83%, bukan berarti kita harus semena-mena. Di dalam angka 83% itu pun sudah termasuk Islam yang beraliran kanan, kiri, atau apapun yang dirasa enak disebut bagi yang beropini. Syarat berdirinya sebuah negara adalah adanya teritori. Sementara agama tidak memerlukan teritori karena agama mengenai manusia, dimanapun Anda berada, Anda akan tetap menjadi penganut agama Anda. Namun dalam hal Islamic State yang bertransformasi dari Islamic State of Iraq and Syria, kita dapat membaca dua hal; Pertama, pada awalnya Islamic State hanya akan didirikan di teritori Iraq dan Suriah. Kedua, barangkali setelah banyak orang di beberapa penjuru dunia menyatakan dukungan terhadap ISIS dan ingin membangun jaringan ISIS di negara mereka sendiri, maka ISIS menguniversalkan badan mereka agar menjadi negara Islam yang ada di segala penjuru dunia. Bayangkan kalau 17.000 gugusan kepulauan kita tiba-tiba menjadi bagian dari negara Islamnya IS? Apakah itu yang kita inginkan? Teritori Indonesia yang sudah merdeka 69 tahun ini dengan keberagaman sejatinya, “digiring” untuk menjadi negara Islam saja. Saya rasa tidaklah begitu. Pancasila membimbing kita semua agar tidak lepas dari nilai-nilai dasar Kebangsaan kita, seperti keaneka ragaman suku, budaya, dan bahasa daerah. Jangan sia-siakan perjuangan para pahlawan kita yang berjuang mati-matian memerdekakan negara kita ini.

Apa yang bisa anak muda lakukan atas ini? Ingat satu hal, jangan biarkan perpecahan terjadi di negara kita. Dari Sabang sampai Merauke, negara kita mengayomi enam kepercayaan: Islam, Kristen Katolik, Kristen Protestan, Hindu, Buddha, dan Konghuchu. Mari bersama-sama menjaga perdamaian antar agama di Indonesia. Ini menjadi tanggung jawab bersama kita sebagai warga negara Indonesia untuk menjaga persatuan Indonesia. Ini bukan hanya masalah kenyamanan lingkungan RT dan RW, this is bigger than that, ini tentang Indonesia yang harus dijaga kemerdekaan dan persatuannya.




Terima kasih.

Tulisan ini dijadikan bahan Diskusi Publik di Universitas Al Azhar Indonesia yang diselenggarakan BEM Fakultas Hukumnya dengan topik "Memperkuat Ideologi Pancasila dalam Mengantisipasi Pengaruh ISIS di Indonesia" pada Selasa, 23 September 2014. 


You may also like

Tidak ada komentar:

L'Article by LMA. Diberdayakan oleh Blogger.